Skip to content

IBEC FEB UI

Home » Artikel » Mengatasi Kesenjangan Sosial di Indonesia dengan Sustainable Development Goals dalam Perspektif Islam

Mengatasi Kesenjangan Sosial di Indonesia dengan Sustainable Development Goals dalam Perspektif Islam

  • I-Share

Oleh Alifia Rahmah (Ilmu Ekonomi Islam 2019)

 

Pendahuluan

Pembangunan dalam berbagai bidang adalah salah satu strategi untuk  mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh suatu negara. Maka salah satu yang  menjadi perhatian penting adalah pembangunan dalam bidang ekonomi dan sosial  karena berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Berbagai  perencanaan pembangunan selalu mengarah pada penguatan bidang ekonomi.  Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat pada ketercapaian  target-target ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita  penduduk, jumlah pengangguran, tingkat kemiskinan, dan neraca pembayaran  adalah ukuran-ukuran yang dicapai dalam menilai tingkat keberhasilan  pembangunan ekonomi (Baswir, 2008). Gagasan Pembangunan Berkelanjutan  merupakan inovasi dan terobosan pembangunan yang awalnya hanya berjangka  pendek menjadi pembangunan berjangka panjang. Definisi pembangunan berkelanjutan yang paling umum adalah pembangunan dengan orientasi  pemenuhan kebutuhan generasi saat ini dengan mengoptimalkan penggunaan  sumber daya Alam tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan  datang. Dimensi pembangunan berkelanjutan mencakup tiga hal, yaitu; ekonomi,  sosial dan lingkungan. 

Konsep pembangunan berkelanjutan menurut perspektif barat, digambarkan oleh Mulder dan Van Den Bergh dalam figur di bawah ini,

Simbol panah mewakili pertukaran bahan-bahan, energi dan arus informasi  antara tiga demarkasi sistem yang terpisah. Coevolutionary adalah sebuah istilah  yang mendeskripsikan perkembangan hubungan dan respons timbal balik yang  biasanya dihubungkan dengan dua atau lebih sistem independen. Sebuah worldview dari coevolutionary menjelaskan lebih nyata dan konkret tentang saling  keterhubungan beberapa sistem yang membangun sistem global. 

Pembangunan berkelanjutan dalam perspektif islam dijelaskan sebagai  konsep pembangunan berwawasan lingkungan juga memiliki aturan-aturan  mengenai pemanfaatan lingkungan dalam al-Qur’an. Al-Qur’an telah memprediksi  bahwa setiap tingkah laku manusia yang berhubungan dengan alam sebagai  pengrusakan. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi dalam Islam adalah  terpenuhinya dan terpeliharanya maqâshid syarῐah (agama, jiwa, akal, keturunan,  dan harta), sehingga tercapai falâh atau kesejahteraan dunia dan akhirat.  Sebagaimana Muhammad Akram Khan (1994) menjelaskan bahwa falâh meliputi  kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan harga diri dengan  beberapa aspek yang dipenuhi baik dalam skala kecil maupun besar. Sesuai dalam  Al-Qur’an pada Surah Al-Mulk ayat 15: 

“Huwallażī ja’ala lakumul-arḍa żalụlan famsyụ fī manākibihā wa kulụ mir rizqih, wa ilaihin-nusyụr” 

Artinya: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di  segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. 

Ayat ini mengandung makna bahwa secara umum, bagaimana kewajiban mengeluarkan biaya dan membangun fasilitas yang mendukung keberhasilan  tersebut. Sudah sangat jelas bahwa dalam Islam pembangunan juga menjadi  perhatian penting dalam memajukan peradaban. 

Isi

World-view Islam dalam Pembangunan Berkelanjutan 

World-view Islam berdasarkan pada tiga konsep fundamental, yaitu Tauhid,  Khalifah dan Adl. Tauhid merupakan hal yang paling penting dari konsep-konsep  yang sudah disebutkan, karena hal ini merupakan implikasi bahwa alam semesta  yang sudah dibentuk dan diciptakan adalah ciptaan Allah SWT. Semua yang  diciptakan-Nya memiliki tujuan masing-masing. Sehingga memberikan makna dan  signifikansi terhadap eksistensi alam semesta, yang manusia merupakan bagian di  dalamnya. Selanjutnya, Khalifah yang merupakan tugas yang diberikan oleh Allah  SWT kepada manusia untuk menjadi makhluk pengganti di muka bumi, untuk  memperbaiki apa yang telah dilakukan pada masa sebelumnya. Terakhir adalah Adl  atau bersikap adil yang merupakan konsep fundamental yang harus dipenuhi ketika pengatur sebuah pemerintah serta mengelola lingkungan hidup. Sebagaimana yang  telah dijelaskan di atas bahwa prinsip dasar pembangunan ekonomi dalam Islam,  bahwa sumber daya alam yang diciptakan Allah SWT merupakan modal atau  perantara untuk mencapai kemakmuran atau yang disebutkan sebagai konsep Falah.  Tanpa keadilan, adil terhadap manusia maupun alam, falah tidak akan pernah dapat  dicapai. 

Konsep Falah ini merupakan konsep yang menjelaskan kebahagian baik di  dunia atau-pun di akhirat, yaitu dengan melaksanakan ajaran agama secara  sempurna atau kaffahvi. Sehingga pembangunan ekonomi harus dapat menciptakan  keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat tentunya  yang selaras dengan ajaran agama Islam. Dalam mencapai kesejahteraan ataupun  tujuan ini hal yang penting untuk diperhatikan adalah metode pencapaiannya yaitu  maqashid syari’ah. 

Mengatasi Kesenjangan Sosial Berdasarkan Prinsip Ekonomi Islam 

Kesenjangan sosial merupakan masalah utama pembangunan ekonomi di  negara – negara berkembang. Kesenjangan muncul akibat pembangunan ekonomi  hanya memprioritaskan wilayah tertentu saja. Jika mengacu pada prinsip ekonomi  Islam yang mengedepankan pemerataan dan keseimbangan, maka pembangunan di  Indonesia yang hanya memprioritaskan daerah Jawa dan Sumatera jelas  bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut. Dampaknya, kesejahteraan yang diukur melalui pendapatan perkapita penduduk sangat jauh berbeda antara satu wilayah  dengan wilayah yang lain yang cenderung diabaikan. 

Standar untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih  menggunakan data secara umum. PDB merupakan ukuran yang baik untuk  menentukan kesejahteraan ekonomi pada suatu negara. Meningkatnya nilai PDB  pada suatu negara akan menarik investor untuk berinvestasi. Tingkat investasi yang  semakin tinggi akan meningkatkan harga saham di pasar modal. Meski, data yang  dihasilkan melalui perhitungan tersebut selalu positif dan menunjukkan  pertumbuhan ekonomi yang sangat baik. Namun, kenyataanya masih jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi. Kelemahan perhitungan  menggunakan PDB ialah hanya bisa menghasilkan data umum tingkat nasional.  Ketika data yang sudah dikeluarkan diterjemahkan ke dalam pendapatan perkapita  penduduk, maka jumlah tersebut akan merata. Perhitungan tersebut tidak mampu  merepresentasikan pendapatan setiap penduduk secara benar. Pada tahun 2018,  kesenjangan sosial di Indonesia masih tergolong sangat tinggi. Himpunan  Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI menyebutkan bahwa 1 % masyarakat  Indonesia menguasai 50,3 % aset atau kekayaan nasional. Artinya, jika data tersebut  diakumulasikan untuk dihitung dengan pendekatan PDB, maka angka 50.3% akan dianggap sebagai kekayaan seluruh masyarakat Indonesia. 

Masterplan Ekonomi Islam di Indonesia pada tahun 2019-2024 memiliki  landasan pembangunan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan. Konsep  ekonomi Islam diharapkan mampu membawa kemajuan secara inklusif, merata,  berkelanjutan, dan tahan terhadap krisis. Tujuannya, pada tahun 2024 Indonesia  sudah mampu membangun perekonomian yang mandiri, kokoh, makmur dan  madani. Pembangunan berkelanjutan di Indonesia harusnya mengacu pada prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam untuk mendorong terwujudnya pemerataan tersebut. Sadono Sukirno bahwa ada empat upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka  kesenjangan sosial di Indonesia: 

  1. Konektivitas dan Infrastruktur untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang merata, perlu adanya kebijakan pendistribusian aspek ekonomi secara adil.  Jika melihat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan dipisahkan oleh laut. Maka, infrastruktur baik di darat, laut dan udara harus dibangun dengan baik untuk  mendorong terjalinnya konektivitas ekonomi antar daerah di Indonesia. 
  2. Pendidikan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan  berkelanjutan memiliki korelasi dan hubungan timbal balik. Pembangunan  ekonomi merupakan prasyarat untuk membangun sumber daya manusia dan sumber  daya manusia adalah syarat penting untuk membangun perekonomian yang merata.  Pembangunan sumber daya manusia tentunya harus merata. Sebagai negara yang  besar dan memiliki sumber daya alam yang memadai di semua kepulauan di  Indonesia. Maka, pembangunan sumber daya manusia sebagai subjek dan pelaku ekonomi juga harus merata. Sebagai negara yang besar dan memiliki sumber daya  alam yang memadai di semua kepulauan di Indonesia. Maka, pembangunan sumber  daya manusia sebagai subjek dan pelaku ekonomi juga harus merata. 

Umumnya pembangunan berkelanjutan di Indonesia melalui sistem  pendidikan nasional. Aspek Pendidikan adalah hal yang penting dalam  menyongsong strategi pembangunan berkelanjutan. Pendidikan Pembangunan  Berkelanjutan atau yang dikenal dengan Educations Sustanable Development  merupakan alat pendidikan atau strategi pembelajaran untuk membentuk karakter  siswa agar menyadari ketergantungan mereka terhadap unit ekologis. Educations  Sustanable Development berorientasi pada misi untuk membangun sistem  pendidikan kemasyarakatan dan penguatan ekonomi masyarakat, pendidikan yang  untuk memanfaatkan sumber daya secara optimal dengan memperhatikan dampak  terhadap lingkungan, pendidikan untuk membangun kepekaan terhadap potensi ekonomi dan inovasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. 

  1. Lapangan pekerjaan di daerah tertinggal. Salah satu cara untuk  mensukseskan pembangunan ekonomi adalah menurunkan angka pengangguran.  Jika didefinisikan pengangguran adalah keadaan seseorang yang sudah mampu  bekerja dan termasuk ke dalam angkatan kerja namun belum memiliki pekerjaan.  Jika melihat definisi demikian, pengangguran bukanlah angka yang mewakili  semua umur di Indonesia dengan status tidak bekerja, namun hanya sebatas umur  produktif yang tidak memiliki pekerjaan. Islam sebagai agama sangat menekankan  seseorang untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya.

Penutup

Pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam tidaklah sama dengan  pembangunan ekonomi konvensional. Karena, Islam tidak menitik-beratkan kepada  aspek materi saja dalam upaya yang bertujuan untuk memakmurkan seluruh  masyarakat. Serta, aktivitas yang dilakukan di dalam roda ekonomi memiliki  aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Keadilan ini merupakan hal  yang harus ada ketika aktivitas ekonomi dilakukan, contoh yang nyatanya adalah  konsep zakat, pemaksimalan sumber daya alam sebagai saran untuk mencapai  kesejahteraan serta menghilangkan riba. Hal inilah yang bisa mencapai tujuan dari  pembangunan berkelanjutan yaitu tidak merusak lingkungan serta menciptakan  keadilan serta kesejahteraan kepada seluruh masyarakat.

Referensi

Listiawati, Nur. “Pelaksanaan Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan Oleh  Beberapa Lembaga.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 19, no. 3 (2013): 430 

Maryaningsih, Novi, Oki Hermansyah, and Myrnawati Savitri. “Pengaruh  Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.” Buletin Ekonomi  Moneter dan Perbankan 17, no. 1 (2014): 62–98.

Purwana, Agung Eko. “Pembangunan Nasional Dalam Perspektif Ekonomi Islam.”  Justitia Islamica 10, no. 1 (2013).