Skip to content

IBEC FEB UI

Home » Artikel » Aligarh Self Reliance Alliance: The first step of Muslim woman empowerment in India

Aligarh Self Reliance Alliance: The first step of Muslim woman empowerment in India

  • Inspire

Oleh: Shafira Qhalbu Lubis (Ilmu Ekonomi Islam 2021), Staf Departemen Penelitian IBEC FEB UI 2022

Latar Belakang

Ketidaksetaraan gender dapat diukur dengan menganalisis tiga aspek utama, yaitu partisipasi pengambilan keputusan politik dan ekonomi, serta penguasaan atas sumber daya ekonomi (Human Development Report, 2003). Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari Sustainable Development, tepatnya pada poin 5, yang menekankan pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita. Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia memiliki perhatian yang besar terhadap kasus buta huruf dan putus sekolah dalam populasi wanita. Sayangnya, masyarakat masih sering berpandangan bahwa wanita akan “lebih nyaman”, jika hanya fokus mengurus keluarga. Pandangan tersebut menyebabkan dunia kerja secara tidak langsung membatasi kaum wanita untuk membuat pencapaian yang setara dengan kaum pria. Pandemi COVID-19 juga membuka realita tabir kesenjangan yang dapat dilihat dari 19,3 juta wanita yang terpaksa menganggur sebagai dampak dari pandemi di India.

Islam memiliki peran yang sangat penting dalam pemberdayaan wanita. Dalam Islam, wanita sebagai individu memiliki hak yang sama dengan pria. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an Surah Al-’Alaq ayat 5, “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Bahasa Arab yang digunakan untuk menyebut kata manusia (Insaan) adalah kata netral gender yang tidak berarti laki-laki (Ar Rejaal), maupun perempuan (Ar Nisa’a) (Abbasi 2021). Dengan demikian, Islam jelas tidak membedakan status, martabat, dan kehormatan manusia berdasarkan jenis kelaminnya, apalagi menganggap maskulinitas lebih daripada feminitas.

Tujuan dan Metode Penelitian

Studi ini menggunakan model pelatihan holistik dari Aligarh Self Reliance Alliance (ASRA), sebuah platform pemberdayaan kehidupan wanita miskin, yang memiliki tujuan agar mereka dapat menjalani kehidupan dengan identitas yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan ini, ASRA memfasilitasi sebuah program interdisipliner (pelatihan keterampilan menjahit dan digital) dengan kemandirian ekonomi sebagai tujuannya. Metode interview dilaksanakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi terkait latar belakang sosial-ekonomi, tujuan dan aspirasi, pengalaman selama pelatihan, perjalanan hidup, pendidikan, kesadaran atas stereotip gender, dan manfaat pelatihan yang dirasakan. Para peserta pelatihan (2020–2021) yang berasal dari berbagai rentang usia dan latar belakang pendidikan diwawancarai dengan sistem one-on-one dan semi terstruktur selama dua bulan. Hasil interview tersebut diharapkan menjadi rekomendasi bagi pemerintah dan instansi berwenang dalam memberdayakan wanita dari semua komunitas terpinggirkan di India.

Pembahasan Temuan

Berdasarkan hasil interview, disimpulkan bahwa peserta pelatihan memiliki hasrat yang besar untuk mempelajari keahlian baru dan menjadi mandiri secara ekonomi. Hal ini dikarenakan alasan utama tingginya angka putus sekolah adalah ketidakmampuan secara finansial, bahkan era digital yang seharusnya memudahkan akses wanita terhadap pendidikan malah berdampak sebaliknya. Ditambah lagi, adanya faktor penolakan terhadap keinginan melanjutkan pendidikan dari figur pria dalam keluarga kepada seorang wanita.

Responden merasa pelatihan keterampilan yang diberikan ASRA sangat bermanfaat dan sesuai bagi mereka untuk mengejar karir di masa depan. Mereka menyatakan bahwa program ini berhasil meningkatkan rasa percaya diri dan telah mengembangkan potensi kemandirian mereka sebagai wanita. Sertifikat Penyelesaian pelatihan ASRA juga merupakan elemen penting bagi para peserta karena menjadi tiket mereka untuk melamar ke sektor perusahaan dan publik.

Hikmah atau Kesimpulan

Meskipun Islam merupakan agama dengan persentase penduduk tertinggi kedua di India, masyarakat muslim yang terdaftar di sektor pendidikan justru adalah yang terendah. Hal ini tentu saja sejalan dengan kontribusi masyarakat Islam dalam sektor ekonomi dan bisnis di negara tersebut. Pengembangan potensi wanita, terkhususnya wanita muslim, merupakan aspek yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi. Selain itu, penyetaraan kesempatan antara wanita dan pria mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, seimbang, dan inklusif sehingga akan meningkatkan keikutsertaan wanita dalam institusi, pembangunan antargenerasi, dan pemecahan krisis.

Negara-negara di seluruh dunia menargetkan penyelesaian isu pemberdayaan wanita pada 2030. Pemerintah India harus menyelaraskan penyelesaian isu ini dengan kepentingan nasional lainnya. Sejauh ini, program kesejahteraan yang dirancang oleh para pemangku kebijakan bisa dikatakan belum membawa hasil yang diinginkan. ASRA telah menawarkan dukungan tanpa henti kepada wanita dalam perjalanan kemandirian dan pemberdayaan mereka. Dengan demikian, ASRA dapat dijadikan sebagai lembaga percontohan oleh para pemangku kepentingan di India untuk mengangkat kaum minoritas, khususnya wanita Muslim di India.

Referensi

Ahmad, Samreen. (2022). Aligarh Self Reliance Alliance: A Road Map to the Empowerment of Muslim Women. Economic and Political Weekly, 57 (4), 2349–8846.