Skip to content

IBEC FEB UI

Home » Artikel » Ekonomi Islam-UK: Dari Mindfulness Berujung Greatness

Ekonomi Islam-UK: Dari Mindfulness Berujung Greatness

  • I-Share

Oleh : Nabila Fakhrin Nisa (Ilmu Ekonomi Islam 2021)

Inggris dan Berkembangnya Negara Koloni

Siapa yang tidak mengenal Negara Inggris? Inggris memegang peranan penting dalam saksi bisu sejarah global yang dampaknya masih kita rasakan: Revolusi Industri, setelah sebelumnya melalui Revolusi Agraria yang cukup panjang. Tumbuh dan merekahnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong berbagai penemuan baru, salah satunya mesin uap yang ditemukan oleh James Watt tahun 1769. Invensi Revolusi Industri yang mengilhami pergantian di bidang usaha produksi dan tenaga hewan serta manusia kepada tenaga mesin uap telah membantu dalam melipatgandakan output produksi. 

Hal penting yang dapat digarisbawahi dari fenomena ini: Revolusi yang terjadi di Inggris tidak hanya berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan di dalam Inggris itu sendiri, tetapi berpengaruh pula terhadap daerah koloni Inggris. Pasalnya, Inggris memiliki cara yang cukup unik dalam membenahi wilayah jajahan atau koloninya dibandingkan dengan negara lain di dataran eropa. Cara ini dikemas dalam sebuah filosofi Anglo Saxon yang menjadi identitas budaya, diartikan sebagai upaya bertebaran di seluruh dunia atau mencari dunia baru untuk dikuasai dengan menguatkan soliditas rasial dan adat istiadat serta budaya untuk kemudian dilestarikan di negara tujuan. Prinsip ini dinilai mustajab dan efektif digunakan. Hal tersebut didorong dari faktor keramahtamahan Inggris dan kepiawaian Inggris dalam memanfaatkan relasi dengan penduduk lokal negara tujuan sehingga memudahkannya dalam memberikan pengaruh terhadap masyarakat tujuan. Inggris memiliki intensi tidak hanya ingin menguasai wilayah negara tujuan, tetapi juga berikhtiar penuh dalam menerka dan mempersiapkan nasib serta kemerdekaan wilayah negara tujuan yang dikuasai kedepannya. Negara-negara koloni inilah tergabung dalam “Negara Persemakmuran Inggris/Commonwealth” yang telah sepakat mempertahankan ikatan persahabatan dan kerjasama praktis.   

Let’s take a look: Keadaan Perekonomian dan Populasi Muslim di Inggris Raya

Bak sepasang sepatu, perekonomian seringkali dikaitkan dengan penyebutan negara. Hal ini dikarenakan ekonomi dapat menjadi salah satu hal yang mampu merepresentasikan kondisi negara tersebut. Objektivitas ekonomi pun bermacam, seperti demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mampu mencapai kestabilan ekonomi, serta mampu menciptakan pemerataan pendapatan dalam lapisan masyarakat. Dilansir dari Laman Statista yang merujuk pada The Official for National Statistics UK, sektor perekonomian di inggris didominasi oleh sektor jasa dengan nilai sebanyak 71,63%, kemudian disusul oleh sektor Industri sebanyak 17,7%, sebanyak 0,6% diisi oleh sektor agrikultur, dan sisanya sebanyak 10,07 diisi oleh sektor lain. 

Kondisi pertumbuhan ekonomi Inggris Raya tetap saja menyisakan kekaguman. Hal ini lantaran Inggris Raya menduduki peringkat kelima ekonomi terbesar dunia dengan kekuatan strukturalnya. Selain itu, Inggris Raya juga memiliki sektor jasa keuangan dan professional terkemuka dunia, ekonomi dan industri kreatif, serta universitas elit terkemuka dunia. Dalam laman Gov UK, Pemerintah Inggris Raya telah menggagas dan akan terus menggencarkan sektor jasa keuangan untuk menjadi inti program pemerintah yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dengan melakukan sejumlah kebijakan, diantaranya mencabut UU EU layanan keuangan dan menggantinya dengan aturan khusus untuk Inggris serta membatalkan aturan EU dari Solvency II guna membebaskan miliaran pound investasi. 

Disebutkan bahwa pertumbuhan produktivitas yang tidak begitu baik mendorong rata-rata pertumbuhan upah riil Inggris menjadi relatif stagnan selama 15 tahun secara umum. Bahkan, dalam dua puluh tahun hingga terjadi krisis keuangan global, tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata Inggris mencapai 2,5%, sedangkan terhitung dari 2011 hingga 2019 (resesi akibat krisis keuangan global dan pandemi COVID-19) mendorong pertumbuhan yang juga lebih lamban yakni hanya sebesar 2%. Memandang hal ini, Pemerintah Inggris sudah merencanakan dan mengambil tindakan guna meningkatkan standar hidup dan mendanai layanan fasilitas publik penting.

Sementara itu, berbicara mengenai keadaan penduduk muslim di Inggris, total populasi muslim di Inggris diproyeksikan terus meningkat hingga mencapai titik 9,7% (dengan asumsi tidak ada migrasi) setelah sebelumnya mencapai titik 6,3% pada 2016 dan 4,7% pada 2010. Angka tersebut dinilai cukup menggembirakan pasalnya populasi penduduk muslim tumbuh dengan baik di dalam negara minoritas muslim. Dilansir dari The Muslim Council of Britain Report, dalam bidang Labour Market and Education, pada tahun 2020, dari total penduduk muslim Inggris, sebanyak 19,8% bekerja penuh waktu (fulltime) dan sebanyak 7,2% muslim menganggur. Angka ini dinilai masih belum baik. Meskipun begitu, kabar menggembirakan datang dari kategori socio-economic. Dalam report yang sama, disebutkan bahwa representasi muslim dalam kategori ini tergolong tinggi menjadi indikator yang disambut baik kesejahteraan ekonomi di beberapa bagian populasi. Meskipun begitu, sayangnya masih diperlukan penelitian lebih lanjut dalam mengeksplorasi faktor-faktor pendukung mobilitas sosial. Proporsi pengusaha kecil serta wiraswasta muslim yang juga mengalami peningkatan menjadi indikator bahwa minat dan bakat kewirausahaan muslim di Inggris berkembang dengan baik. Tidak hanya memberikan kiprahnya bagi perekonomian Inggris, tetapi juga menjadi model atau contoh bagi masyarakat Inggris secara keseluruhan: bagaimana mengenalkan nilai-nilai Islam termasuk di dalamnya Ekonomi Islam.

Ekonomi Islam dan Sebuah Asa 

Di tengah derasnya ketusnya media dan sebagian masyarakat barat terhadap Islam pasca tragedi 9/11, tetapi rupanya tidak demikian dengan ekonomi dan keuangan syariah. Pesatnya kehadiran dan perkembangan ekonomi Islam menumbuhkan asa besar bagi berbagai khalayak, khususnya umat Islam sendiri. Apalagi, ekonomi Islam tumbuh dan berkembang begitu pesat dan besar di negara yang dijuluki The Black Country ini. Hal ini cukup mengundang tanda tanya besar: bagaimana ekonomi Islam tumbuh di tempat yang bukan sewajarnya ia bertumbuh? Bahkan, bagaimana bisa Inggris piawai menjadi pionir diantara Negara Eropa dalam pengoperasion Bank Syariah di Eropa?

A Long Journey: Bagaimana Ekonomi Islam mulai bersemi di bumi Inggris?

Kehadiran Islamic Economy International Conference di al-haramain Makkah disinyalir mendorong berdirinya pusat penelitian ekonomi Islam pertama oleh Yayasan Islam Leicester UK pada tahun 1976. Tepat satu tahun berikutnya, mengalami perkembangan dengan berdirinya The International Centre for Research Islamic Economics di Universitas King Abdul Aziz.  Lima tahun berikutnya, pada tahun 1981, International Association for Islamic Economy didirikan di Leicester, UK sebagai lembaga yang bertanggung jawab pada konferensi internasional. Ekonomi Islam terus bertumbuh di Eropa. Hal ini diilhami juga dengan lahirnya Dar Al-Mal Al-Islami (DMI) di Jenewa, Swiss, untuk urusan bisnis dan layanan keuangan yang sesuai dengan nilai Islam yang dibawahi oleh Pengawasan Commonwealth Bahama. Pada tahun berikutnya, Inggris mengizinkan DMI membuka cabang di London dan melakukan mobilisasi dana investasi dari perusahaan investasi Luksemburg dan perusahaan takaful Luksemburg. Adanya keuntungan geografis yang terletak membentangi empat benua dan adanya anak perusahaan regional yang terintegrasi dengan baik memungkinkan DMI meningkatkan responsnya yang akhirnya bertindak sebagai jembatan antara pusat keuangan terkemuka dunia dan negara-negara Islam.

Pada tahun 1983, Dar Al-Mal Al-Islami terus membentangkan kiprahnya hingga melahirkan anak perusahaan bernama takaful UK yang terletak di Birmingham guna mengakomodasi kebutuhan umat muslim di Inggris melalui kesempatan jasa keuangan dan investasi syariah dan jasa keuangan pada spektrum luas yang disediakan oleh Takaful SA Luxemburg. Di tahun yang sama, Bank of England (BOE), atau yang kerap disebut Bank Sentral Inggris, memberikan lampu hijau kepada Bank Al-Baraka asal Jeddah untuk menjalankan operasionalnya di Inggris, terhitung setahun sejak perusahaan investasi ini didirikan. Uniknya, Al-Baraka menjadi satu-satunya bank yang saat itu memberikan layanan perbankan Islam secara khusus di bawah perundang-undangan Perbankan 1987. Sama halnya dengan DMI, Al-Baraka berusaha mempertahankan sepak terjangnya dengan membuka cabang di London pada tahun 1988 dan 1989 serta di Birmingham pada tahun 1991. Dua tahun setelahnya, tepat pada bulan Juni 1993, Al-Baraka menutup kegiatan operasionalnya dalam pelayanan perbankan dan hanya beroperasi sebagai perusahaan investasi. Hal ini dikarenakan adanya permasalahan pada kebijakan total aset perbankan BoE akibat pembiayaan jangka panjang atas kepemilikan rumah syariah. 

Pada tahun 1997, Bank Serikat Kuwait mengulurkan bantuan dalam ketersediaan produk keuangan Islam di Inggris dengan menciptakan sejumlah divisi spesialis syariah (Unit Perbankan Investment Syariah). Pada perkembangannya, Bank tersebut bersatu dengan Bank Persekutuan Al-Ahli (United Bank) dan menciptakan sebuah produk pembelian rumah bernama manzil.  Hal ini disandarkan pada meningkatnya permintaan terhadap tempat tinggal yang diproses dengan akad murabahah, walaupun mempopulerkan akad ijarah pada dua tahun berikutnya (1999). 

Dalam perkembangannya selanjutnya, disebutkan bahwa pada tahun 2013, saat diselenggarakan acara World Islamic Economic Forum (WIFE),  David Cameron yang bertugas sebagai Perdana Menteri Inggris kala itu juga menggaungkan akan rencana London sebagai ‘ibu kota keuangan syariah global.’ Akan tetapi, semua seolah sirna dan tidak membuahkan hasil panjang lantaran Bank of England menarik izin karena belum cukupnya payung hukum akad keuangan syariah saat itu. 

Determinan Perkembangan Ekonomi Syariah di Inggris 

Setidaknya, terdapat beberapa pandangan mengapa Ekonomi Islam tumbuh dan berkembang dengan baik di Inggris Raya. Dari faktor internal Inggris sendiri, yakni Pemerintah Inggris selalu menerapkan mindfulness atau menaruh concern yang tinggi dalam menggarap permintaan dengan menggandeng seluruh stakeholdernya saling bersinergi dalam tingkat parlemen, Kementerian, dan FSA. Hal ini terbukti dari meningkatnya permintaan (demand) dari masyarakat tidak hanya dalam negara tetapi juga secara global terhadap dunia pendidikan, khususnya bidang ekonomi Islam di Inggris. Adanya ekspansi dan pertumbuhan keuangan syariah secara global yang dipelopori oleh industri keuangan syariah di Timur Tengah dan Asia Tenggara juga telah mempengaruhi pasar keuangan Inggris. Hal ini digarap secara serius oleh pemerintah beserta stakeholdernya sehingga muncul berbagai inovasi sistematis yang mampu mendorong layanan serta produk keuangan syariah di London dapat dipasarkan di negara-negara lain. 

Faktor determinan lainnya yakni berdirinya Financial Services Authority (FSA) yang akhirnya menjadi regulator perbankan dan keuangan tunggal, berasal dari gabungan sebelas regulator berbeda di bawah satu bagian undang-undang. Pada perkembangannya, tepatnya tahun 1998, FSA beserta Bank Sentral Inggris (BoE) telah memberikan jalan bagi pengembangan keuangan syariah di Inggris karena memiliki kepentingan ekonomi secara jelas sekaligus berikhtiar dalam membuktikan bahwa kondisi pasar syariah dapat berkembang di London. 

Faktor lain yang tidak kalah penting yakni perkembangan ekonomi Islam tidak luput dari multikulturalisme populasi Inggris yang cukup terbuka (openness) dan menganggap bahwa sistem keuangan Islam  bersifat aplikatif terhadap semua keyakinan atau agama dan mampu diterapkan dalam masyarakat ekonomi modern bangsa barat. Hal ini disandarkan pada hasil survei yang telah dilakukan oleh lembaga independen 2Europe kepada pada 300 responden muslim dan non-muslim terkait pandangan dan penilaian mereka terhadap perbankan dan keuangan syariah. Pemilihan keuangan syariah tidak hanya digeluti dan diminati muslim Inggris saja, tetapi juga datang rasionalitas lain. Pasalnya hal tersebut juga digantungkan dari beberapa argumen, seperti keuangan syariah dirasa menguntungkan baik dari sisi demand dan supply, adanya ethical finance dimana ekonomi syariah hanya melakukan pembiayaan bisnis dalam bidang yang bersih dan baik, hingga kemampuan ekonomi syariah bertahan dalam turbulensi keuangan global pada tahun 2008.

Perkembangan Ekonomi Islam di Inggris dan Eropa: Pendidikan dan Lembaga Keuangan Islam

Berbicara mengenai pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Islam di Eropa, khususnya Inggris, dapat ditandai dengan tumbuhnya berbagai lembaga strategis dan adanya produk tertentu, diantaranya:   

1. Lembaga pendidikan

Ekonomi dan keuangan syariah juga membuka peluang yang lebar dalam bidang penelitian dan inovasi. Salah satu lembaga pendidikan, Universitas Loughborough digaungkan menjadi universitas purwa yang membenarkan dan mengangkat sistem pembelajaran perbankan dan keuangan Islam dengan melakukan kolaborasi bersama Yayasan Islam Inggris dalam membantu pembiayaan penelitian mereka. Tidak sampai di sana, hal ini juga menginisiasi lahirnya konferensi internasional ekonomi Islam terkemuka yang dihadiri oleh sejumlah gubernur belahan dunia, khususnya Malaysia dan UAE. Para tamu gubernur tadi berjumpa dengan Gubernur BoE dan beberapa ulama dalam rangka membahas sistem operasional bank syariah yang dapat beroperasi untuk melayani penduduk  muslim. Jika kita berkaca pada keadaan saat ini, dapat kita lihat bahwa di Inggris sendiri telah berkembang lebih dari 15 lembaga pendidikan dan pelatihan yang menawarkan pendidikan perbankan dan keuangan Islam. 

2. Perbankan Syariah

Ditandai dengan adanya enam bank di Inggris yang beroperasi dengan basis syariah, yakni Bank of London and the Middle East (BLME), Al-Rayyan Bank, Gatehouse Bank, Qatar Islamic Bank United Kingdom (QIB UK), European Islamic Investment Bank, dan Abu Dhabi Islamic Bank United Kingdom (ADIB UK). Keenam bank syariah tersebut memegang total aset dengan rentang $0,146 hingga $2,149 miliar dollar. Selain itu, terdapat islamic windows, istilah untuk layanan/produk perbankan Islam yang ditawarkan oleh bank konvensional, yang sudah dijalankan oleh 16 bank konvensional di Inggris.

3. Pasar Sukuk

Pasar Sukuk menjadi bagian krusial dalam pasar keuangan Islam yang telah dimulai sejak 2007 dan terus berkembang, terutama London sebagai pusat obligasi internasionalnya. Pasalnya, Inggris menjadi negara barat pertama yang menerbitkan sukuk (obligasi syariah) berdasarkan kontrak sewa/ijarah dengan sokongan tiga aset pemerintahan Inggris dan terdaftar dalam London Stock Exchange (LSE) dengan nilai total $51 miliar dollar. Pembagian dana sendiri digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti pengembangan kekayaan negara, bank sentral, dan lembaga keuangan domestik maupun internasional. Salah satu keunikan yang dapat dihighlights yakni pemerintah Inggris menjadi pionir penerbitan sukuk negara pertama di barat (sovereign sukuk) yang disambut dengan energi baik hingga mencapai sebelas kali oversubscribed. 

4. Takaful 

Selain perbankan dan sukuk, Inggris juga aktif andil dalam pasar takaful global setelah peluncuran Islamic Insurance Association of London (IIAL) pada tahun 2015. Pembentukan IIAL sendiri bertujuan guna menunjang performa pasar re/asuransi Inggris dengan sistem keuangan syariah. Dalam rangka membuat terobosan strategi percepatan, sektor takaful Inggris mengadakan kolaborasi dengan XL Group dan Cobalt Underwriting yang telah meluncurkan produk syariah pertama mereka di Llyod London. Takaful atau asuransi syariah, dalam perkembangannya sendiri berhasil menciptakan respons positif yang ditunjukkan oleh masyarakat Eropa terhadap sistem asuransi berbasis syariah. Sebagai salah satu pasar sekaligus pusat transaksi re/asuransi terbesar dalam tingkat global, Inggris diharapkan memberikan potensi dan kontribusi yang besar dalam mendukung pertumbuhan kegiatan bisnis takaful di masa mendatang, yang menjadi cita-cita Inggris setelah berhasil menjadi leading sector takaful. 

G20 dan Kiprah Indonesia Memperkenalkan Ekonomi Syariah 

G20 (Group of Twenty) merupakan sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa. K.H. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI, memberikan pandangan bahwasanya presidensi G20 Indonesia menjadi ajang yang berharga dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai poros ekonomi syariah sekaligus solusi pemulihan ekonomi global. 

Salah satu faktor yang mendorong hal ini tidak lain yakni populasi penduduk Indonesia yang dapat dibilang cukup besar dan bermayoritas muslim sehingga merepresentasikan wajah Islam di dunia dan diharapkan pengembangan ekonomi Islam menjadi lebih inklusif ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini semakin mengundang potensi baik bila segenap pelaku ekonomi dan keuangan syariah mengimplementasikan manajemen yang baik dengan menekankan pada prinsip syariah. Bersama dengan IAEI, beliau menaruh harapan besar agar semakin dapat memperkuat sinergi dalam rangka memulihkan ekonomi nasional dan global agar semakin mendekatkan langkah pada visi Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia.

Masterplan Ekonomi Syariah:  Bagaimana Masa Depan Ekonomi Islam di Indonesia? 

Ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) telah menjelma dan terus berkembang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru negara. Pemerintah, bersama dengan  Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah Nasional (KNEKS) telah memberikan dukungan dan kontribusi nyata dalam perkembangan Ekonomi Islam melalui Masterplan Ekonomi Syariah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi syariah Indonesia. Dokumen dan seluruh tahapan dalam penyusunannya merupakan upaya untuk meningkatkan peran berbagai sektor ekonomi syariah dalam pembangunan nasional. Masterplan hadir guna menghadirkan referensi pengembangan ekonomi syariah sekaligus menjawab beberapa tantangan yang muncul, diantaranya belum memadainya tata kelola dan manajemen risiko sektor halal, belum optimalnya pemanfaatan teknologi pada industri halal, serta belum adanya standar halal Indonesia yang mampu diterima pada tingkat lapisan global. Hal ini ditempuh melalui empat strategi utama yang telah diusung dalam Masterplan, yaitu penguatan halal value chain, penguatan keuangan syariah, penguatan UMKM, serta penguatan ekonomi digital.

Tentunya, menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia bukanlah tanpa menggunakan landasan. Pertama, berdasarkan data yang dilansir dari State of the Global Islamic Economy Report, Indonesia menduduki peringkat keempat berdasarkan indikator ekonomi Islam global. Hal ini memberikan angin segar sekaligus membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi Islam Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata dan remeh. Hal ini juga menjadi sebuah kewajaran dan harapan besar bahwa sebagai salah satu negara dengan berpenduduk muslim terbesar di dunia, diharapkan secara mendalam, Indonesia mampu menjadi pangsa pasar terbesar eksyar secara global. Kedua, pada tahun 2021, Indonesia menduduki peringkat lima besar dengan PDB tertinggi diantara negara-negara (bermayoritas muslim) yang tergabung dalam OKI dengan nilai GDP mencapai 1,186.1 dalam juta dollar. Selain itu, pada tahun yang sama, Indonesia mencapai nilai investasi dalam ekonomi syariah dengan kisaran angka 25,7 juta dolar dengan tingkat pertumbuhan YoY sebesar 118%. Dalam hal ini, Indonesia juga menduduki peringkat empat dan dinilai cukup kompetitif dalam menarik investasi asing langsung (FDI). 

Penulis meyakini bahwa Indonesia mampu menjadi sentral ekonomi syariah dunia di masa mendatang dengan setidaknya memfokuskan dan menempuh dua jalan potensial: gencar merealisasikan masterplan ekonomi syariah dan melakukan kolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kebijakan lain, termasuk lembaga strategis yang bergerak dalam edukasi ekonomi Islam. Apabila seluruhnya telah dilakoni dengan baik, maka tak ayal ekonomi syariah Indonesia mampu untuk terus melebarkan sayapnya tidak hanya dalam Ibu Pertiwi, tetapi juga dalam tingkat global. Sebagaimana hal tersebut juga selaras dengan visi masterplan, “Indonesia yang mandiri, makmur, dan madani dengan menjadi pusat ekonomi syariah terkemuka dunia.”

 

Referensi

Admin. (2022, September 23). The Growth Plan 2022. GOV UK. Retrieved November 14, 2022, from https://www.gov.uk/government/publications/the-growth-plan-2022-documents/the-growth-plan-2022-html 

Admin. (2022, June 11). Ekonomi Islam ditawarkan ke G-20. republika.id. Retrieved November 17, 2022, from https://www.republika.id/posts/28888/ekonomi-islam-ditawarkan-ke-g-20 

Admin. (2021). The 50 largest economies in the world. Worlddata.info. Retrieved November 18, 2022, from https://www.worlddata.info/largest-economies.php 

Clark. (2020, May 12). Projected proportion of Muslims in European countries 2016-2050. Statista. Retrieved November 16, 2022, from https://www.statista.com/statistics/871324/projected-proportion-of-muslims-in-select-european-countries/ 

Gateway, S. (2022). State of the Global Islamic Economy 2022. Salaam Gateway – Global Islamic Economy Gateway. Retrieved November 14, 2022, from https://www.salaamgateway.com/specialcoverage/SGIE22 

Hidayat, A., & Aditya, M. F. (2021). Organisasi Negara-Negara persemakmuran inggris: Kesuksesan Filosofi Inggris Dalam Mendominasi Kolonialisme Dan imperialisme modern. SOLIDARITY. Retrieved November 17, 2022, from https://solidarity.iain-jember.ac.id/index.php/solid/article/view/79 

Irvani, A. (2016). Inggris sebagai Sentral Keuangan Islam di Barat. Asy Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, 1(1), 120-143. Retrieved November 10, 2022, from https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/asy/article/download/668/98

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2018). Materplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Retrieved November 16, 2022, from https://knks.go.id/storage/upload/1573459280-Masterplan%20Eksyar_Preview.pdf 

O’Neill, Aaron. (2022, November 10). United Kingdom – distribution of GDP across economic sectors 2021. Statista. Retrieved November 14, 2022, from https://www.statista.com/statistics/270372/distribution-of-gdp-across-economic-sectors-in-the-united-kingdom/#:~:text=In%202021%2C%20agriculture%20contributed%20around,percent%20from%20the%20services%20sector.&text=The%20vast%20majority%20of%20the,particular%20keeps%20the%20economy%20going 

Rizaldy, M.R. (2020, January). Inggris dan Perkembangan Ekonomi Syariah – researchgate. Retrieved November 16, 2022, from https://www.researchgate.net/publication/351449792_Inggris_dan_Perkembangan_Ekonomi_Syariah